Missed Call Saja Cukup, WhatsApp Diserang Virus Spyware Canggih Israel
Platform pesan WhatsApp mengatakan telah menutup celah yang memungkinkan virus pengintai atau spyware menginfeksi ponsel lewat panggilan tak terjawab (missed call). WhatsApp mengatakan, selama ini diduga hanya pengguna terpilih saja yang ditargetkan virus canggih itu.
Seorang juru bicara WhatsApp mengatakan pada Senin 13 Mei 2019, seperti dikutip dari DW Indonesia, Rabu (15/5/2019), mereka tidak mengetahui seberapa luas serangan spyware yang diduga buatan Israel itu, tetapi jumlah individu yang diketahui terkena serangan setidaknya puluhan.WhatsApp mendesak para pengguna aplikasinya untuk mengunduh update terbaru aplikasi mereka untuk melindungi diri dari serangan itu.
Outlet media, termasuk Financial Times dan TechCrunch, mengidentifikasi spyware itu sebagai produk dari kelompok yang dinamakan NSO di Israel. Grup ini sudah terkenal dengan perangkat lunaknya "Pegasus" yang dapat meretas smartphone dan mengaktifkan mikrofon dan kamera serta mengumpulkan informasi lokasi dan mengirim email dan teks.
Sejauh ini pihak WhatsApp tidak memberi konfirmasi atas berita-berita keterkaitan NSO, namun mengatakan bahwa mereka "tidak menyangkal" liputan-liputan media mana pun.
WhatsApp
mengatakan, spyware penyerang itu mengandung "semua ciri khas sebuah
perusahaan swasta yang dikenal bekerja dengan pemerintah untuk
menghadirkan spyware yang bisa mengambil alih fungsi sistem operasi
ponsel."
Juru bicara WhatsApp selanjutnya mengatakan, celah untuk serangan itu terdeteksi ketika "tim kami melakukan beberapa peningkatan keamanan tambahan untuk (fasilitas) panggilan suara." Teknisi menemukan bahwa pengguna yang terinfeksi "mungkin mendapat satu atau dua panggilan dari nomor yang tidak mereka kenal. Dalam proses menelepon, kode ini dikirimkan."
WhatsApp adalah anak perusahaan Facebook dengan lebih dari 1,5 miliar pengguna di seluruh dunia. Perusahaan itu mengatakan, spyware canggih itu ditemukan pada awal Mei.
Peretasan ini menargetkan semua sistem operasi ponsel cerdas yang biasa digunakan, termasuk Apple iOS, Google Android, Microsoft Windows Phone dan Samsungs Tizen. WhatsApp mengatakan mereka telah memberikan informasi kepada otoritas AS untuk membantu penyelidikan.
Pengacara HAM diserangJuru bicara WhatsApp selanjutnya mengatakan, celah untuk serangan itu terdeteksi ketika "tim kami melakukan beberapa peningkatan keamanan tambahan untuk (fasilitas) panggilan suara." Teknisi menemukan bahwa pengguna yang terinfeksi "mungkin mendapat satu atau dua panggilan dari nomor yang tidak mereka kenal. Dalam proses menelepon, kode ini dikirimkan."
WhatsApp adalah anak perusahaan Facebook dengan lebih dari 1,5 miliar pengguna di seluruh dunia. Perusahaan itu mengatakan, spyware canggih itu ditemukan pada awal Mei.
Peretasan ini menargetkan semua sistem operasi ponsel cerdas yang biasa digunakan, termasuk Apple iOS, Google Android, Microsoft Windows Phone dan Samsungs Tizen. WhatsApp mengatakan mereka telah memberikan informasi kepada otoritas AS untuk membantu penyelidikan.
Banyak jurnalis, pembangkang, aktivis dan pengacara yang sebelumnya melaporkan serangan oleh spyware NSO. Salah satu yang mengatakan dia menjadi sasaran adalah teman dekat jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi, yang dibunuh oleh agen rahasia Kerajaan Arab Saudi di gedung konsulatnya di Istanbul, Turki, awal Oktober 2018.
Kasus itu sempat mendapat sorotan luas di media selama beberapa lama.
Organisasi hak asasi Amnesty International mengatakan, salah satu stafnya juga menjadi sasaran spyware NSO tahun lalu. Setelah pernyataan WhatsApp tentang spyware NSO, Amnesty International menerangkan akan bergabung dengan upaya untuk memaksa Kementerian Pertahanan Israel untuk menangguhkan lisensi ekspor NSO.
Seorang pengacara hak asasi manusia yang tinggal di Inggris mengatakan kepada kantor berita AP, dia juga baru-baru ini menjadi sasaran spyware NSO. Aktivis yang tidak ingin disebut namanya itu, selama beberapa bulan terakhir dia memang menerima beberapa panggilan telpon di WhatsApp yang mencurigakan. Panggilan terbaru terjadi pada hari Minggu lalu 12 Mei 2019.
Menurut Financial Times, NSO yang berbasis di Israel tidak menggunakan perangkat lunaknya sendiri, melainkan menjual produknya ke pihak lain. Piranti lunak buatan NSO biasanya dioperasikan oleh agen keamanan negara, kata Financial Times.
berikut link resmi dari whatsapp Klik disini
No comments:
Post a Comment