China Diduga Gunakan Nelayan Sebagai Milisi di Laut China Selatan

Monday, May 9, 2016

Pemerintah China diduga mengerahkan para nelayan Pulau Hainan untuk menjadi milisi dalam sengketa wilayah dengan Filipina di kawasan Laut China Selatan. Mereka beroperasi dengan metode gerilya berkedok sipil untuk menduduki dan membangun pulau buatan di sejumlah terumbu karang yang dipersengketakan.
Kebanyakan nelayan menolak berbicara kepada ABC namun seorang kapten kapal nelayan bersedia bicara sepanjang namanya tidak disebutkan.
Dia mengaku baru saja kembali setelah dua bulan berada di Kepulauan Spratly.
“Tidak mungkin kami pergi ke sana kalau Pemerintah tidak menanggung biaya sekitar 20 ribu dollar setiap kali ke sana. Kami akan dibayar hanya jika bersedia ke sana 4 kali dalam setahun,” katanya.
“Kami tidak mendapatkan uang dari menangkap ikan,” tambah sang kapten.
Dia mengaku kegiatannya itu sangat berisiko. “Pada tahun 1998 di kawasan Scarborough saya ditahan oleh petugas Filipina bersama 60 nelayan China lainnya dari 4 kapal,” jelasnya.
“Kami ditahan selama 6 bulan sampai Kedutaan China menebus bayaran untuk membebaskan kami,” katanya.
Laporan menyebutkan Pemerintah China menyiapkan 100 kapan nelayan dan melatih para krunya.
Untuk bisa mencapai wilayah yang lebih jauh dan bertahan di sana lebih lama, China belum lama ini memodernisasikan 27 kapal nelayan yang lebih besar dilengkapi dengan navigasi satelit.
Misinya saat ini adalah menduduki dan membangun pulau-pulau buatan di kawasan Scarborough Shoal, yang hanya berjarak 200 kilometer dari Filipina.
Begitu pulau buatan di lokasi ini selesai, maka China akan memiliki tiga posisi strategis dan kontrol sepenuhnya atas Laut China Selatan.
Wilayah yang akan dikuasai China tersebut mencakup Paracel Islands di utara, Spratly Island di selatan, serta Scarborough di timur.
Kini Filipina berupaya keras menghentikan langkah China tersebut melalui peradilan internasional.
Namun menurut Yan Yan, wakil direktur National Institute for the South China Sea, mengatakan China tidak akan terikat oleh keputusan dari peradilan seperti itu.
“Posisi China sangat konsisten dan tegas dan mereka tidak akan menerima atau berpartisipasi dalam kasus yang disidangkan,” katanya.
Seorang nelayan bernama Huang Xin Biao yang sering beroperasi di Laut China Selatan menyatakan China tidak akan mengalah.
“Filipina menganggap itu wilayahnya dan mereka biasa memukuli kami. Padahal ini adalah wilayah kami, nenek moyang kami mencari ikan di sini sejak dahulu. Ayah saya meninggal di laut. Kami telah banyak berkorban,” ujarnya kepada ABC.
Kaum nelayan China berkontribusi besar dalam berdirinya Republik Rakyat China. Dalam kunjungannya belum lama ini, Presiden Xi Jinping memerintahkan kaum nelayan untuk melanjutkan perjuangan mereka menjadikan China sebagai kekuatan maritim besar.
Sumber : [tribunnews]

No comments:

Post a Comment

Kabar Populer

 
Copyright © 2016. Media Informasi.
Design by Herdiansyah Hamzah. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License